Dr. Ani Susanti: Bangga Bisa Bilang “UAD, dong!”
Di kalangan para dosen, utamanya dosen-dosen senior Pendidikan Bahasa Inggris UAD, Ani Susanti muda dikenal sebagai mahasiswa berprestasi. Ia pernah menjadi mawapres UAD tahun 2005. Juara III tingkat nasional berhasil diraihnya kala itu. Jadilah ia satu-satunya yang dari kampus swasta saat itu yang bisa masuk tiga besar. Pada tahun yang sama pula Ani Susanti lulus S-1 dan mulai mengajar di almamaternya. Walau sudah jadi dosen, kiprahnya sebagai mahasiswa UAD masih berlanjut dengan menempuh S-2 PBI. Ia kemudian lulus tahun 2008.
Sekitar selusin tahun kemudian Ani Susanti yang sedang menjabat sebagai kaprodi S-1 meraih gelar S-3 doktor pendidikan bahasa Inggris dari Universitas Negeri Malang. Disertasinya berjudul Proficiency Pairings, Verbalization Process, and EFL Students’ Writing Ability.
Do Your Best, Let God Do the Rest
Di antara para koleganya, Bu Ani dikenal mempunyai kompetensi yang sangat bagus. Prinsip hidupnya: Do Your Best, Let God Dot The Rest. Kemampuan manajerialnya oke punya. Bu Ani selalu ingin memastikan apa pun kegiatan yang dipimpinnya terlaksana dengan benar dan berhasil dengan baik. Selain itu, ia adalah pemimpin yang menaruh perhatian kepada siapa saja, baik kepada para senior yang dulu juga merupakan “guru-gurunya”, ke dosen-dosen lain, bahkan ke staf tendik.
Adapun setelah dipercaya mengemban jabatan sekprodi S-2 PBI UAD, karier Bu Ani makin moncer. Belum sempat menuntaskan masa jabatannya, Ani Susanti diminta menjabat kaprodi S-1 PBI. Jabatan tersebut belum sempat diselesaikannya, Bu Ani diamanahi tanggung jawab yang lebih besar beliau. Jumat, 11 November 2022 Dr. Ani Susanti, M.Pd.BI. dilantik dengan jabatan baru. Ia menjabat wakil dekan FKIP UAD Bidang Sumber Daya Manusia, Keuangan, Kehartabendaan, dan Administrasi Umum. Bu Ani hingga saat ini masih tercatat sebagai pengajar aktif di S-1 maupun S-2 PBI UAD.
Dulu minder, sekarang “UAD, dong!”
Meskipun sekarang telah terhitung mapan, di awal perjalanan akademisnya Ani Susanti muda mengalami penolakan. Ia tidak diterima di jurusan Farmasi UGM yang dicita-citakannya. Stres, pastinya. Orang tua juga waktu itu kurang setuju dengan opsi kuliah di PBI UAD. Namun seiring berjalannya waktu, kini malah merasa bersyukur.
Awal-awal kuliah di UAD, Ani Susanti muda juga merasa minder setiap bertemu teman-temannya yang kuliah di UGM atau UNY. Beraktivitas di kampus 2 Jl. Pramuka dengan bangunan apa adanya, UAD dulu memang kurang dikenal. Sebagai orang Jogja yang kuliah di kampus swasta memang kurang percaya diri. Rata-rata cita-citanya ke UGM atau UNY. Pertanyaan semacam kuliah di mana? saat itu dijawab dengan “UAD”, tetapi kurang percaya diri; sambil suaranya dikecilin, kata Ani dalam sebuah podcast. Dulu Ani muda agak kurang nyaman, tapi sekarang berbeda. Mahasiswa lebih percaya diri. Pertanyaan kuliah di mana? dengan percaya diri dijawab: UAD, dong!
“Dari sisi progres, perkembangan UAD luar biasa. Saya termasuk yang dibesarkan UAD, berkembang di UAD. Saya dulu anak biasa saja, tetapi potensi itu baru berkembang saat kuliah di UAD,” kenang ibu dua anak ini.
Sedari masih mahasiswa hingga wakil dekan FKIP yang membawahi 17 program studi dan 1 program profesi, Dr. Ani Susanti, M.Pd.BI. menjadi saksi hidup perkembangan pesat UAD. Dari dulunya hanya kampus kecil, sekarang UAD menempati peringkat kedua PTS terbaik di Daerah Istimewa Yogyakarta (Sumber: Kompas.com, 19/04/2023). UAD sekarang adalah satu dari enam kampus swasta di DIY dengan total di atas 10 ribu mahasiwa. UAD menerima antara 5.000 hingga 7.000 mahasiswa per tahun.
(Penulis: INO)